Selasa, 27 November 2012

Asuhan Keperawatan Trakheastomi



ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) TRAKEOSTOMI

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Trakeostomi adalah operasi membuat jalan udara melalui leher langsung ke trakea untuk mengatasi asfiksi apabila ada gangguan pertukaran udara pernapasan. Trakeostomi diindikasikan untuk membebaskan obstruksi jalan napas bagian atas, melindungi trakea serta cabang-cabangnya terhadap aspirasi dan tertimbunnya discharge bronkus, serta pengobatan terhadap penyakit (keadaan) yang mengakibatkan insufisiensi respirasi. Perawatan pasca trakeostomi besar pengaruhnya terhadap kesuksesan tindakan dan tujuan   akhir trakeostomi. Perawatan pasca trakeostomi yang baik meliputi pengisapan discharge,
Pemeriksaan periodik kanul dalam, humidifikasi buatan, perawatan luka operasi, pencegahan infeksi sekunder dan jika memakai kanul dengan balon (cuff) yang high volume-low pressure cuff sangat penting agar tidak timbul komplikasi lebih lanjut. Perawatan kanul trakea di rumah sakit dilakukan oleh paramedis yang terlatih dan mengetahui komplikasi trakeostomi, yang dapat disebabkan oleh alatnya sendiri maupun akibat perubahan anatomis dan fisiologis jalan napas pasca trakeostomi. Selain itu, pasien juga harus mengetahui bagaimana cara membersihkan dan mengganti kanul trakheostomi, agar pasien dapat secara mandiri menjaga kesehatan tubuhnya, apabila pasien pulang dengan kanul trakhea masih terpasang.
Dalam hal ini peran perawat sangat penting sebagai edukator dan role mode dalam perawatan mandiri pasien trakheostomi. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dijelaskan  berbagai macam hal mengenai trakheostomi. 








1.2  Tujuan

1.2.1  Tujuan Umum
Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan trakheostomi

1.2.2  Tujuan Khusus
Mengetahui definisi trakeostomi
Mengetahui fungsi dari trakeostomi
Mengetahui indikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
Mengetahui kontraindikasi dilakukannya prosedur trakheostomi
Mengetahui klasifikasi dan jenis trakheostomi
Mengetahui penatalaksanaan pemasangan dan perawatan trakheostomi
Mengetahui komplikasi yang timbul dari penggunaan trakheostomi
Mengetahui asuhan keperawatan pada trakeostomi

1.3  Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang terpasang trakeostomi?

1.4  Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini adalah mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien yang terpasang trakeostomi dengan tepat dan benar.













BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Anatomi Fisiologi Trakea
Trakea merupakan tabung berongga yang disokong oleh cincin kartilago. Panjang trakea pada orang dewasa 10-12 cm. Trakea berawal dari kartilago krikoid yang berbentuk cincin meluas ke anterior pada esofagus, turun ke dalam thoraks di mana ia membelah menjadi dua bronkus utama pada karina. Pembuluh darah besar pada leher berjalan sejajar dengan trakea di sebelah lateral dan terbungkus dalam selubung karotis. Kelenjar tiroid terletak di atas trakea di setelah depan dan lateral. Ismuth melintas trakea di sebelah anterior, biasanya setinggi cincin trakea kedua hingga kelima. Saraf laringeus rekuren terletak pada sulkus trakeoesofagus. Di bawah jaringan subkutan dan menutupi trakea di bagian depan adalah otot-otot supra sternal yang melekat pada kartilago tiroid dan hioid.
Trakea  berfungsi untuk menyediakan tempat bagi udara yang di bawa masuk dan udara yang dikeluarkan. Sebagai jalan masuk udara ke paru paru. Mengusir debu-debu halus yang lolos dari penyaringan di rongga hidung.

2.2Patofisiologi


2.3 Etiologi
         Etiologi masalah pada jalan napas adalah sumbatan. Sumbatan dapat terjadi baik total maupun parsial. Sumbatan total terjadi karena benda asing yang menutup jalan napas secara tiba-tiba. Sedangkan sumbatan parsial dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
a.       Sumbatan Karena Cairan
Setiap pasien trauma beresiko mengalami sumbatan jalan nafas karena cairan yang disebabkan oleh darah, secret dan lain-lain. Sumbatan karena cairan dapat mengakibatkan aspirasi yaitu masuknya cairan asing kedalam paru-paru penderita.Upaya penanganan sumbatan jalan nafas karena cairan adalah dengan melakukan penghisapan atau suctioning sesegera mungkin.
b.      Sumbatan Karena Pangkal Lidah
Pada penderita yang mengalami penurunan kesadaran, maka mungkin pangkal lidah akan jatuh kebelakang dan menyumbat hipofaring. Hal ini karena otot-otot penyanggah lidah lemas atau mengalami kelumpuhan. Cara mengatasi sumbatan jalan nafas karena sumbatan pangkal lidah pada prinsinya adalah mengangkat pangkal lidah agar tidak menyumbat jalan nafas.
c.                               Sumbatan Anatomis Sumbatan anatomis
Disebabkan oleh penyakit saluran nafas atau karena adanya trauma yang mengakibatkan pembekakan/ udema pada jalan nafas (ex. Trauma inhalasi pada kebakaran). Penanganan sumbatan karena antomis seringkali membutuhkan penanganan secara surgical dengan membuat jalan nafas alternatif tanpa melalui mulut atau hidung penderita.












2.3  Definisi
  • Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (adams, 1997).
  • Trakeostomi adalah prosedur dimana dibuat lubang kedalam trakea. (Smeltzer & Bare, 2002)
  • Trakeostomi adalah insisi operasi dimana memasukkan selang ke dalam trakea agar klien dapat bernafas dengan lebih mudah dan mengeluarkan sekretnya. ( Putriardhita, C, 2008)
  • Trakeostomi adalah tindakan membuat stoma atau lubang agar udara dapat masuk ke paru-paru dengan memintas jalan nafas bagian atas (Adams, 1997).
  • Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas jalan nafas bagian atas (Hadikawarta, Rusmarjono, Soepardi, 2004).
  • Trakeostomi merupakan suatu teknik yang digunakan untuk mengatasi pasien dengan ventilasi yang tidak adekuat dan obstruksi jalan pernafasan bagian atas. Insisi yang dilakukan pada trakea disebut dengan trakeotomi sedangkan tindakan yang membuat stoma selanjutnya diikuti dengan pemasangan kanul trakea agar udara dapat masuk ke dalam paru-paru dengan menggunakan jalan pintas jalan nafas bagian atas disebut dengan trakeostomi (Robert, 1997).

2.4 Fungsi Trakeostomi
Fungsi dari trakheostomi antara lain:
·         Mengurangi tahanan aliran udara pernafasan yang selanjutnya mengurangi kekuatan yang diperlukan untuk memindahkan udara sehingga mengakibatkan peningkatan regangan total dan ventilasi alveolus yang lebih efektif. Asal lubang trakheostomi cukup besar (paling sedikit pipa 7)
·         Proteksi terhadap aspirasi
Memungkinkan pasien menelan tanpa reflek apnea, yang sangat penting pada pasien dengan gangguan pernafasan
Memungkinkan jalan masuk langsung ke trachea untuk pembersihan
Memungkinkan pemberian obat-obatan dan humidifikasi ke traktus respiratorius
Mengurangi kekuatan batuk sehingga mencegah pemindahan secret ke perifer oleh tekanan negative intra toraks yang tinggi pada fase inspirasi batuk yang norma.

2.5 Indikasi dan kontraindikasi
2.5.1 Indikasi dari trakeostomi antara lain:
·   Terjadinya obstruksi jalan nafas atas
·   Sekret pada bronkus yang tidak dapat dikeluarkan secara fisiologis, misalnya      pada pasien dalam keadaan koma.
·   Untuk memasang alat bantu pernafasan (respirator).
·   Apabila terdapat benda asing di subglotis
·   Penyakit inflamasi yang menyumbat jalan nafas ( misal angina ludwig), epiglotitis dan lesi vaskuler, neoplastik atau traumatik yang timbul melalui mekanisme serupa
·   Obstruksi laring karena radang akut, misalnya pada laryngitis akut, laryngitis difterika, laryngitis membranosa, laringo-trakheobronkhitis akut, dan abses laring karena radang kronis, misalnya perikondritis, neoplasma jinak dan ganas, trauma laring, benda asing, spasme pita suara, dan paralise Nerus Rekurens
·   Sumbatan saluran napas atas karena kelainan kongenital, traumaeksterna dan interna, infeksi, tumor.
·   Cedera parah pada wajah dan leher
·   Setelah pembedahan wajah dan leher
·    Hilangnya refleks laring dan ketidakmampuan untuk menelan sehingga mengakibatkan resiko tinggi terjadinya aspirasi
·   Penimbunan sekret di saluran pernafasan. Terjadi pada tetanus, trauma kapitis berat, Cerebro Vascular Disease (CVD), keracunan obat, serta selama dan sesudah operasi laring

2.5.2     Kontraindikasi dari trakheostomi antara lain :
Infeksi pada tempat pemasangan, dan gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol, seperti hemofili.




2.6 Klasifikasi
2.6.1 Menurut letak insisinya, trakeostomi dibedakan menjadi
Trakeostomi elektif             : Insisi horisontal
Trakeostomi emergensi       : Insisi vertikal
2.6.2 Menurut waktu dilakukannya tindakan, trakeostomi dibedakan menjadi
trakeostomi darurat dan segera dengan persiapan sarana sangat kurang
trakeostomi berencana (persiapan sarana cukup) dan dapat dilakukan secara baik
2.6.3 Menurut lamanya pemasangan, trakheostomi dibagi menjadi
Tracheal stoma post laryngectomy: merupakan tracheostomy permanen. Tracheal cartilage diarahkan kepermukaan kulit, dilekatkan pada leher. Rigiditas cartilage mempertahankan stoma tetap terbuka sehingga tidak diperlukan tracheostomy tube (canule).
Tracheal stoma without laryngectomy: merupakan tracheostomy temporer. Trachea dan jalan nafas bagian atas masih intak tetapi terdapat obstruksi. Digunakan tracheostomy tube (canule) terbuat dari metal atau Non metal (terutama pada penderita yang sedang mendapat radiasi dan selama pelaksanaan MRI Scanning)

2.7 Penatalaksanaan
2.7.1  Jenis Tindakan Trakeostomi
Surgical trakeostomy
          Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang 4-5 cm.

  Percutaneous Tracheostomy
          Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
Mini tracheostomy
          Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.


2.7.2   Jenis Pipa Trakeostomi
Cuffed Tubes
Selang dilengkapi dengan balon yang dapat diatur sehingga memperkecil risiko timbulnya aspirasi.
 Uncuffed Tubes
     Digunakan pada tindakan trakeostomi dengan penderita yang tidak mempunyai risiko aspirasi.
 Trakeostomi dua cabang (dengan kanul dalam)
     Dua bagian trakeostomi ini dapat dikembangkan dan dikempiskan sehingga kanul dalam dapat dibersihkan dan diganti untuk mencegah terjadi obstruksi
Silver Negus Tubes
     Terdiri dua bagian pipa yang digunakan untuk trakeostomi jangka panjang. Tidak perlu terlalu sering dibersihkan dan penderita dapat merawat sendiri.
Fenestrated Tubes
Trakeostomi ini mempunyai bagian yang terbuka di sebelah posteriornya, sehingga penderita masih tetap merasa bernafas melewati hidungnya. Selain itu, bagian terbuka ini memungkinkan penderita untuk dapat berbicara.

2.7.3   Alat-Alat Trakeostomi
Alat yang diperlukan untuk melakukan trakeostomi adalah semprit yang berisi obat analgesia, pisau, pinset anatomi, gunting panjang tumpul, sepasang pengait tumpul, klem arteri, gunting kecil yang tajam serta kanul trakea dengan ukuran sesuai.

2.7.4   Teknik Trakeostomi
Pasien tidur terlentang, bahu diganjal dengan bantalan kecil sehingga memudahkan kepala untuk diekstensikan pada persendian atalantooksipital. Dengan posisi seperti ini leher akan lurus dan trakea akan terletak di garis median dekat permukaan leher. Kulit leher dibersihkan sesuai dengan prinsip aseptik dan antiseptik dan ditutup dengan kain steril. Obat anestetikum disuntikkan di pertengahan krikoid dengan fossa suprasternal secara infiltrasi. Sayatan kulit dapat vertikal di garis tengah leher mulai dari bawah krikoid sampai fosa suprasternal atau jika membuat sayatan horizontal dilakukan pada pertengahan jarak antara kartilago krikoid dengan fosa suprasternal atau kira-kira dua jari dari bawah krikoid orang dewasa. Sayatan jangan terlalu sempit, dibuat kira-kira lima sentimeter.
Dengan gunting panjang yang tumpul kulit serta jaringan di bawahnya dipisahkan lapis demi lapis dan ditarik ke lateral dengan pengait tumpul sampai tampak trakea yang berupa pipa dengan susunan cincin tulang rawan yang berwarna putih. Bila lapisan ini dan jaringan di bawahnya dibuka tepat di tengah maka trakea ini mudah ditemukan. Pembuluh darah yang tampak ditarik lateral. Ismuth tiroid yang ditemukan ditarik ke atas supaya cincin trakea jelas terlihat. Jika tidak mungkin, ismuth tiroid diklem pada dua tempat dan dipotong ditengahnya. Sebelum klem ini dilepaskan ismuth tiroid diikat keda tepinya dan disisihkan ke lateral. Perdarahan dihentikan dan jika perlu diikat. Lakukan aspirasi dengan cara menusukkan jarum pada membran antara cincin trakea dan akan terasa ringan waktu ditarik. Buat stoma dengan memotong cincin trakea ke tiga dengan gunting yang tajam. Kemudian pasang kanul trakea dengan ukuran yang sesuai. Kanul difiksasi dengan tali pada leher pasien dan luka operasi ditutup dengan kasa.
Untuk menghindari terjadinya komplikasi perlu diperhatikan insisi kulit jangan terlalu pendek agar tidak sukar mencari trakea dan mencegah terjadinya emfisema kulit.

2.8 Perawatan Trakeostomi
2.8.1. Perawatan trakeostomi meliputi:
1. Pembersihan secret atau biasa disebut trakeobronkial toilet,
2. Perawatan luka pada trakeostomi
3. Perawatan anak kanul
4. Humidifikasi untuk menjaga kelembapan

        2.8.2 Tujuan Perawatan Trakeostomi
   1. Untuk mencegah sumbatan pipa trakeostomi (Pluging)
   2. Untuk mencegah infeksi
   3. Meningkatkan fungsi pernafasan (ventilasi dan oksigenasi)
   4. Bronkial toilet yang efektif
   5. Mencegah pipa tercabut

       2.8.3 Prosedur trakeobronkial Toilet
1)      Jelaskan prosedur pada klien & keluarga sebelum memulai dan berikan ketenangan selama pengisapan.
2)      Siapkan alat – alat yang diperlukan
3)      Cuci tangan
4)      Hidupkan mesin suction (portable atau wall dengan tekanan sesuai kebutuhan)
5)      Buka kit kateter pengisap
6)      Isi kom dengan normal salin
7)      Ventilasi klien dengan bagian resusitasi manual dan aliran oksigen yang tinggi.
8)      Kenakan sarung tangan pada kedua tangan ( steril )
9)      Ambil kateter pengisap dengan tangan non dominan dan hubungkan ke pengisap
10)  Masukkan selang kateter sampai pada karina tanpa memberikan isapan, untuk menstimulasi reflek batuk
11)  Beri isapan sambil menarik kateter, memutar kateter dengan perlahan 360 derajat tanpa menyentuh lapisan mucus saluran napas (lakukan pengisapan maksimal 10-15 detik karena pasien dapat hipoksia)
12)  Reoksigenasikan dan inflasikan paru pasien selama beberapa kali nafas
13)  Ulangi 4 langkah sebelumnya sampai jalan nafas bersih.
14)  Bilas kateter dg normal salin antara tindakan pengisapan
15)  Hisap kavitas orofaring setelah menyelesaikan pengisapan trakea
16)  Bilas selang pengisap
17)  Buang kateter, sarung tangan ke dalam tempat pembuangan kotor.

2.8.4 Prosedur Perawatan Luka Trakeostomy
a. Tujuan : Untuk mencegah infeksi
            b. Persipan Alat dan Bahan
1)            Pinset anatomis dan cirurgis
2)            Sarung tangan
3)            Asa minimal 3
4)            Kom/mangkuk kecil
5)            NaCL 0.9%
6)            Gunting perban
7)            Antibiotik
8)            Bengkok
9)            Perlak
10)        Tali trakeostomy
            c. Persiapan Pasien
1.      Pasien diberi tahu tentang tindakanyang akan dilaksanakan
2.      Mengatur posisi yang nyaman
            d. Prosedur Kerja
3.      Mencuci tangan dengan menggunakan sabun atau larutan anti septik
4.      Pemasangan perlak
5.      Pasang sarung tangan
6.      Angkat kasa dari luka
7.      Kaji kondisi luka
8.      Bersihkan luka dengan NaCL 0,9 % dari pusat luka kea rah luar
9.      Keringkan luka dengan kasa steril yang lembut
10.  Berikan obats esuai indikasi
11.  Tutup luka dengan kasa steril dan paten (hindari luka dari serabut-serabut kasa)


2.8.5 Perawatan Anak Kanul
1. Perawatan Pasca Operasi
                   Adanya kanul di dalam trakea yang merupakan benda asing akan merangsang pengeluaran discharge. Discharge ini akan keluar bila penderita batuk, pada saat dilakukan pengisapan atau pada saat penggantian anul. Pengeluaran discharge dengan jalan membatukkan pada penderita dengan trakeostomi tidak seefektif pada rang normal, karena penderita tidak dapat menutup glotis untuk menghimpun tekanan yang tinggi, sehingga perlu dilakukan pengisapan. Beberapa jam pertama pasca bedah, dilakukan pengisapan discharge tiap 15 menit, elanjutnya tergantung pada banyaknya discharge dan keadaan penderita. Pengisapan discharge dilakukan dengan kateter pengisap yang steril dan disposable. Pada saat pengisap dimasukkan ke dalam trakea, jangan diberi tekanan negatif, begitu pula antara pengisapan harus diberi periode istirahat agar udara paru tidak terlalu banyak terisap, dengan demikian residual volume tidak banyak berkurang. Setelah ujung pengisap sampai di bronkus, dilakukan pengisapan perlahan-lahan sambil memutar kanul pengisap. Jika kanul trakea mempunyai kanul dalam, kanul dalamnya dikeluarkan terlebih dahulu. Kanul dalam ini harus sering diangkat dan dibersihkan.
                    Lore (1973) menganjurkan memakai pengisap terkecil yang dapat melakukan pengisapan dengan adekuat, sedang Feldman dan Crawley (1971) memakai kateter pengisap steril dan non traumatik yang penampangnya kurang dari separuh penampang trakea. Sebelum melakukan pengisapan, sebaiknya penderita diberi oksigen selama 2-3 menit. Bila didapatkan sekret yang kental, teteskan larutan garam fisiologis terlebih dahulu. Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh saluran napas bagian atas menghilang. Untuk itu menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi buatan.

2. Perawatan Mandiri Pasca operasi
Pasca trakeostomi penderita akan diberi petunjuk oleh dokter atau paramedis perihal perawatan kanul trakeostomi. Petunjuk untuk penderita ini tergantung pada keadaan penderita saat dari rumah sakit.


Petunjuk umum
Belajarlah merawat sendiri kanul trakeostomi atas tanggung jawab sendiri. Jika tergantung pada seseorang saat melakukan hal itu, mungkin akan bermasalah. Peralatan hendaknya tersedia setiap saat melakukan perawatan kanul; lakukan setiap hari seperti menyikat gigi atau menyisir rambut. Kulit sekitar kanul dipelihara kebersihannya dengan air sabun, menggunakan lap atau kasa perban. Krusta diangkat dengan kapas aplikator yang dimasukkan ke dalam perhidrol. Pastikan tidak ada air memasuki stoma, dan hati-hati membersihkan kulit di sekitar kanul. Jika mengalami kesulitan bernapas atau pernapasan menjadi berbunyi, mungkin telah terdapat krusta atau mukus di dalam kanul. Angkatlah kanul dalam dan bersihkan. Jika ditemukan krusta dari mukus tebal yang sering terbentuk di dalam kanul, paling baik membersihkannya dengan memakai kasa basah di atas kanul. Jika udara rumah kering, mungkin diperlukan pelembab (bukan vaporizer).

Membersihkan kanul dalam
Alat yang perlu disediakan ialah botol kecil, kasa perban, penjepit, panci bergagang, saringan, dan cairan penggosok perak. Cara membersihkan kanul dalam, sebagai berikut:
 1).  Buatlah larutan sabun di dalam botol.
 2). Angkat kanul dalam dengan cara pertama-tama putar kait kecil pengunci kanul dalam dan kemudian tarik kanul dalam ke luar.
3). Cuci kanul dalam dengan air dingin dan kemudian rendam untuk beberapa menit di dalam cairan sabun.
4). Bersihkan bagian dalam kanul dalam dengan kasa yang salah satu ujungnya diikatkan pada suatu tempat (Gb. 1). Gunakan penjepit untuk membantu menarik kasa melalui kanul. Tarik kanul dalam ke belakang, ke depan dan seterusnya sekeliling kasa yang diikatkan sampai bagian dalam kanul dalam bersih.
 5). Setelah kanul dalam bersih, cuci dengan baik memakai air dingin yang mengalir.
6). Jika kanul dari perak telah memudar, rendam di dalam cairan pembersih perak untuk beberapa menit, kemudian bersihkan dan cuci.
7). Goyangkan kanul dalam untuk mengangkat tetesan air. Masukkan kanul dalam ke tempatnya dan putar kait kecil pengunci untuk mengunci pada tempatnya.
8). Minimal sekali sehari didihkan kanul dalam setelah dibersihkan.

Merebus kanul dalam
Tahapan untuk merebus kanul dalam ialah :
 1). Tempatkan kanul dalam bersih pada saringan dan tempatkan saringan pada panci tergagang
2).   Isi panci dengan air secukupnya untuk merendam kanul dalam
3).  Setelah air mendidih, didihkan kanul dalam selama 5 menit.
4). Angkat saringan dari panci bergagang, tuangkan air dari panci, dan tempatkan kembali saringan dalam panci.
5). Biarkan kanul dalam dingin untuk beberapa menit sebelum dimasukkan ke dalam kanul luar

Logam bahan pada kanul perak sangat lunak, oleh karena itu dapat tergores atau bengkok dengan mudah, oleh karena itu tidak boleh dicoba untuk digores; krusta dapat diangkat dengan merendamnya. Tidak boleh digunakan penggosok kasar untuk membersihkan kanul dalam. Biasanya, kanul dalam dan luar dibuat secara spesifik agar cocok satu dengan yang lain, bahkan kanul dalam tidak akan saling tertukar dengan yang lain. Kanul plastik dapat dibersihkan dan dididihkan dengan cara yang sama seperti halnya kanul perak.
Cara mengganti kanul trakeostomi
Petunjuk khusus dari dokter dan perawat diperlukan sebelum penderita mengganti kanul trakeostominya. Adanya lubang pada anterior leher yang secara langsung berhubungan dengan trakea, menyebabkan kanul trakeostomi dapat dimasukkan dengan mudah. Untuk mengangkat kanul trakeostomi, pita trakeostomi dibuka lebih dahulu, pelindung atau permukaan lempeng kanul trakeostomi dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk, kemudian ditarik ke arah anterior dan posterior. Kanul harus bersih dengan pita trakeostomi telah terpasang, dan siap untuk dimasukkan sebelum pengangkatan kanul trakeostomi. Salep dioleskan sangat tipis pada permukaan luar kanul rakeostomi
untuk mempermudah memasukkannya. Pita trakeostomi yang digunakan pada kanul dapat satu atau dua untai.
Pada saat memasukkan kanul trakeostomi, penderita melihatnya melalui cermin dan pegang tiap sisi lempeng permukaan kanul dengan ibu jari dan jari telunjuk. Kanul trakeostomi akan eluncur ke dalam dengan tekanan ke arah dalam secara halus. Di samping itu, hal yang penting ialah bahwa kanul dimasukkan segera setelah kotoran yang melekat pada kanul dibersihkan. Setelah kanul trakeostomi terpasang di tempatnya dan pita trakeostomi diikat, tempatkan kasa di atas kanul.




Cara menghisap
Banyaknya discharge mukus bervariasi. Mukus ini akan meningkat jumlahnya jika penderita dingin, jika udara dalam rumah kering, atau jika kanul teriritasi. Penghisapan mungkin diperlukan untuk mengontrol mukus. Mesin penghisap yang mudah dibawa dapat dipinjam dari rumah sakit dengan petunjuk penggunaannya. Kateter karet tidak boleh dimasukkan sampai melewati ujung dalam kanul trakeostomi, kecuali jika ada instruksi khusus untuk melakukannya dari dokter. Jika mesin penghisap tidak didapat, semprit steril atau kateter yang dapat dibeli di toko obat atau apotik bisa digunakan sebagai penghisap.
Cara melakukan :
1). Siapkan alat-alat.
 2). Pegang kateter dengan salah satu tangan dan balon karet pada semprit dengan tangan yang lain.
3). Tekan balon karet sebelum kateter dimasukkan ke dalam kanul trakeostomi, untuk mengeluarkan udara di dalamnya.
 4). Lepaskan balon karet, mukus akan terhisap ke dalam kateter dan semprit.
 5). Bersihkan alat-alat dengan air sabun. Peralatan tersebut sering dididihkan untuk memelihara kebersihannya
2.8.6 Humidifikasi
       Humidifikasi adalah proses penambahan air ke dalam gas. Suhu adalah faktor yang paling penting dalam mempengaruhi jumlah uap air yang dapat dikandung gas. Presentase air dalam gas, terkait dengan kapasitasnya untuk mengangkut air, merupakan klembaban relative. Udara atau oksigen dengan kelembaban relative yang tinggi membuat jalan nafas tetap lembab dan membantu melepaskan sekresi dan dikeluarkan dari paru.
Humidifikasi diperlukan bagi klien yang menerima terapi oksigen. Oksigen yang dimasukkan kedalam jalan nafas bagian atas dapat dilembabkan dengan melekatkan kateter ke dalam air sehingga menghasilkan udara (bubbling). Umumnya humdifikasi ditambahkan saat kecepatan aliran oksigen melebihi 4L/menit.
Untuk pemasangan alat pelembab, hal yang perlu diperhatikan perawat adalah memastikan bahwa alat tersebut menggunakan salin steril untuk inhalasi dan bahwa larutan diganti sesuai prosedur. Humidifikasi dapat menjadi sumber infeksi nosokomial pada klien karena lingkungan yang lembab mendukung prtumbuhan mikroorganisme patogen.
Dengan adanya trakeostomi, fungsi humidifikasi yang sebelumnya dilakukan oleh saluran napas bagian atas menghilang. Untuk itu menggantikannya perlu dilakukan humidifikasi buatan.
Cara-cara untuk humidifikasi udara inspirasi di antaranya ialah:

a).        Condensor humidifier. Alat ini dipasang pada kanul
trakea. Pada waktu ekspirasi, uap air mengembun pada lempeng-lempeng metal dari kondensor. Kekurangan alat ini ialah jika terjadi penimbunan discharge pada alat tersebut fungsinya akan berkurang. Alat ini harus diganti setiap 3 jam.
b).        Dengan melewatkan udara inspirasi melalui reservoir berisi air yang secara    teratur dipanaskan dengan termostat. Alat ini relatif lebih efisien. Bila penderita bernafas spontan, campuran gas ditiupkan melalui suatu T-piece atau melalui kotak plastik yang dilubangi.
c).        Dengan menambahkan tetesan-tetesan air yang halus pada udara inspirasi. Efektifitas tetesan ini tergantung pada jumlah tetesan dan kelembaban relatif udara inspirasi.
d).        Secara sederhana humidifikasi dapat dikerjakan dengan menaruh lembaran kasa yang telah dibasahi di depan mulut kanul. Kasa tersebut diikatkan pada leher dan harus diganti sesering mungkin

2.9 Komplikasi
2.9.1 Waktu tindakan operasi
Perdarahan          
Cardiac arrest
Perforasi               
Emboli udara
Ruptur pleura servikalis
Apneu
Sumbatan darah / secret

2.9.2   Setelah operasi
Infeksi
Perdarahan
Sumbatan kanul
Pergeseran stenosis  
Pembentukan jar. granulasi
Aspirasi, atelektasis
Pneumotoraks
Pipa trakeostomi tercabut
Emfisema subkutis

2.9.3   Komplikasi Jangka panjang
Obstruksi jalan nafas atas
Infeksi
Fistula trakeoesofagus
Stenosis trakea
Iskemia atau nekrosis trakea

2.10      Indikasi Pelepasan Trakeostomi
Indikasi utama pelepasan trakeostomi adalah jika klien menunjukkan kondisi atau kemampuan paru yang adekuat. Kondisi paru yang membaik ditandai dengan :
Hasil rontgen baik, tidak terdapat bercak putih pada paru.
Gejala klinis penyakit yang diderita klien berkurang atau tidak ada.
Tidak terdapat infeksi lanjutan.
Tanda-tanda vital klien normal.
















BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
Umumnya pasien yang membutuhkan pemasangan trakeostomi adalah pasien yang mengalami gangguan  sistem saluran pernafasan seperti Ca Nasofaring. Pasien tersebut , mengeluh sesak nafas dan gelisah.
Askep kasus:
Pengkajian
     Anamnesa:
       1. Identitas pasien
Nama                           :
TTL                             :
Alamat                         :
Usia                             :
Jenis Kelamin              :
Pekerjaan                     :
Nama Ayah/Ibu          :
Pekerjaan Istri             :
Agama                         :           
Suku bangsa                :
Pendidikan terakhir     :
Diagnosa                     :

2.   Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan sesak dan gelisah

3. Riwayat Penyakit Sekarang :
                          Klien merasakan sesak, merasa malu saat menemui orang lain karena tidak berbicara dengan normal.
4. Riwayat penyakit keluarga : -
5. Riwayat penyakit masa lalu : -


Pemeriksaan Fisik:
B1 (Breath) : kesulitan bernafas, batuk (mungkin gejala yang ada), riwayat trauma dada
B2 (Blood) : takikardia, frekuensi tak teratur. TD hiper/hipotensi
B3 (Brain) : dizziness, cemas
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : nafsu makan turun, BB turun, Pasien lemah
B6 (Bone): malaise
Pemeriksaan focus klien dengan trakeostomy :
Tanda-tanda vital
Bukti adanya hipoksia
Frekuensi dan pola pernafasan
Bunyi nafas
Status neurologis
Volume tidal, ventilasi semenit, kapasitas vital kuat
Kebutuhan pengisapan
Upaya ventilasi spontan klien
Status nutrisi
Status psikologis
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan trakeostomi yaitu :
Pemeriksaan fungsi paru
Analisa gas darah arteri
Kapasitas vital paru
Kapasitas vital kuat
Volume tidal
Inspirasi negative kuat
Ventilasi semenit
Tekanan inspirasi
Volume ekspirasi kuat
Aliran-volume
Sinar X dada
Status nutrisi / elektrolit.



Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1
DS:
DO: RR menurun, pola nafas tidak teratur, pucat, ketidaknormalan frekuensi, irama dan kedalaman nafas, hipoksia, tachycardia, tekanan O2 dan CO2 menurun.  Pada lapangan paru bawah bilateral terdapat bercak-bercak nodular

§ Trakeostomy
§ Akumulasi secret pada jalan jalan nafas yang menjadi daerah insisi trakeostomy


§ Jalan nafas terganggu

§ Bersihan jalan nafas tidak efektif

§ Bersihan jalan nafas tidak efektif

2
DS :
DO : klien terpasang trakeostomi

§ Trakeostomy
§ insisi trakeostomy
§ kondisi daerah insisi yang tidak bersih
§ kuman, bakteri berkembang


§ resiko infeksi
§ Resiko infeksi

3
DS : Klien tidak bisa mengeluarkan suaranya saat mencoba bicara
DO: suara klien tidak terdengar. Hanya terdengar suara hembusan. Klien berkomunikasi dengan isyarat

§ Trakeostomy
§ Daerah insisi trakeostomy
§ Membuka saluran baru yang dilalui udara sebelum pita suara
§ Suara yang dihasilkan tidak bisa sampai menggetarkan pita suara
§ Suara tidak keluar

§ Gangguan komunikasi verbal
§ Gangguan komunikasi verbal

4
DS : -
DO: klien menjadi sangat murung, pendiam dan terlihat membatasi diri

§ Trakeostomy Gangguan komunikasi dengan orang lain
§ Merasa berbeda dengan orang lain
§ Rendah diri

§ Gangguan citra tubuh
§ Gangguan citra tubuh


3.2 Diagnosa
No
Dx. kep
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
1
Resiko Tinggi terhadap Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh yang berhubungan dengan proses penyakit, anoreksia, disfagia, odinofagia, dan status puasa pasca operasi.

§ Klien mempertahankan berat badan atau penurunan tidak lebih dari 2 kg dalam periode pasca operasi.
§ Klien mengkonsumsi jumlah cairan dan nutrisi adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolism basal pada periode pasca operasi. Masukan nutrisi dan cairan adekuat tanpa aspirasi atau tersedak sebelum pulang.

§ Jelakan peran dan pentingnya nutrisi pada pemulihan jaringan pasca operasi.


§ pantau berat badan.










§ Evaluasi konsistensi makanan yang dapat ditoleransi pasien tanpa aspirasi.




§ Berikan makan melalui selang (sesuai ketentuan atau yang telah dipesankan) dan ajarkan prinsip-prinsip pemberian makan melalui selang.

§ Pertahankan hygiene oral yang baik sebelum dan setelah makan bila diberikan makanan peroral.

§ Bekerja sama dengan ahli gizi untuk memastikan kebutuhan nutrisi pasien bila klien mengalami defisit nutrisi pra operasi atau masukan nutrisi dibatasi pada periode pasca operasi.

§ Penjelasan perlunya nutrisi pasca operasi optimal dapat membantu meminimalkan miskosepsi dan memudahkan kepatuhan klien.

§ Kecenderungan berat badan dapat mengindikasikan kebutuhan suplemen diet atau perubahan teknik pemberian makan pada klien dengan peningkatan kebutuhan nutrisi atau mereka yang akan diouasakan selama lebih dari 1 sampai 2 hari (Taylor, 1989).

§ Semi padat atau makanan dihaluskan mungkin ditoleransi lebih baik, karen awal menelan dan gerakan makanan dari konsistensi ini dikontrol lebih baik daripada cairan (Mendelsohn, 1993).

§ Untuk mempertahankan berat badan, memudahkan penyembuhan luka, dan membantu mencegah infeksi (Sigler, 1993).


§ Untuk menjaga suture tetap bersih dan merangsang nafsu makan.

§ Bila klien mendapat makan melalui selang atau mengalami kesulitan mempertahankan masukan nutrisi adekuat, masukan dari ahli gizi mungkin diperlukan untuk menetapkan kebutuhan nutrient dan cairan bagi klien untuk memudahkan pemulihan luka dan mencegah dehidrasi

2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret

Tidak ada sekret pada jalan nafas

Ronchi dan wheezing tidak terdengar


§ Mengauskultasi paru setiap 4 jam
§ Menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam dan batuk
§ Melakukan fisioterapi nafas jika tidak ada kontraindikasi
§ Membersihkan trakheostomy tube klien sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan jumlah akumulasi secret
§ Melakukan suctioning bila perlu
§ Melakukan nebulizing

§ Jika ditemukan crackles dan wheezing dapat mengintrepretasikan adanya sekret pada jalan nafas
§ Pasien dapat mengeluarkan sekret dengan tarik nafas dalam dan batuk tanpa suctioning
§ Untuk membantu pasien mengeluarkan sekret dengan batuk
§ Dengan membersihkan trakheostomy, menghindari terjadinya penumpukan sekret dan agar jalan nafas bersih
§ Suctioning membersihkan jalan nafas dari sekret
§ Nebulizer membantu untuk mengencerkan secret sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan

3.
Resiko infeksi berhubungan dengan pembuatan saluran nafas baru dari mekanisme pertahanan respirasi.

Memperkecil adanya infeksi sehingga kemungkinan komplikasi tidak ada
Tidak ada tanda-tanda infeksi

§ Cuci tangan sebelum melakukan prosedur
§ Monitor dan laporkan adanya tanda-tanda infeksi, misalnya demam, penurunan RR (Respiratory Rate), dahak kental, peningkatan jumlah sel darah merah
§ Jaga pemaparan trakheostomy terhadap benda asing
§ Gunakan teknik steril dalam melakukan perawatan trakheostomi dan suctioning
§ Anjurkan untuk diet tinggi kalori tinggi protein

§ Dengan tangan yang bersih saat melakukan prosedur, memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi
§ Mengidentifikasi adanya infeksi dan memperkecil komplikasi
§ Pemaparan terlalu sering pada trakheostomy mengakibatkan pneumonia
§ Agar mikroorganisme tidak dapat masuk ke jalan nafas
§ Untuk meningkatkan sistem imun










4.
Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan terpasangnya trakheostomy tube

Klien mampu berkomunikasi
Interaksi sosial klien berkembang
§ Beri kesempatan klien untuk berkomunikasi
§ Amati gerak non verbal klien
§ Sediakan kertas dan bolpoin jika pasien lemah tidak mampu berbicara banyak
§ Ajarkan pada pasien yang terpasang trakheostomi tentang cara menutup lubang trakheostomi dengan jari yang bersih atau tutup yang khusus jika ingin berbicara

§ Memberikan klien untuk mengungkapkan apa yang klien butuhkan
§ Gerak non verbal mengintepretasikan perasaan klien
§ Pasien bisa berkomunikasi dengan menulis di kertas jika lemah
§ Menutup jalur masuknya udara melalui trakheostomi maka pasien dapat berbicara
















BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Trakeostomi merupakan suatu prosedur operasi yang bertujuan untuk membuat suatu jalan nafas didalam trakea servikal.
Jenis Tindakan Trakeostomi
    1. Surgical trakeostomy
Tipe ini dapat sementara dan permanen dan dilakukan di dalam ruang operasi. Insisi dibuat diantara cincin trakea kedua dan ketiga sepanjang  4-5 cm.

    1. Percutaneous Tracheostomy
Tipe ini hanya bersifat sementara dan dilakukan pada unit gawat darurat. Dilakukan pembuatan lubang diantara cincin trakea satu dan dua atau dua dan tiga. Karena lubang yang dibuat lebih kecil, maka penyembuhan lukanya akan lebih cepat dan tidak meninggalkan scar. Selain itu, kejadian timbulnya infeksi juga jauh lebih kecil.
    1. Mini tracheostomy
Dilakukan insisi pada pertengahan membran krikotiroid dan trakeostomi mini ini dimasukan menggunakan kawat dan dilator.




DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman. Keperawatan Medikal Bedah Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. 2008. Jakarta : Salemba Medika.
Doenges, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. 2000. Jakarta : EGC
Davis, FA. Understanding Respiratory System. 2007.
Arif Mansjoer. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3, Jilid I, 2000, FKUI : Media Aesculapius, Jakarta

Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, Kedokteran EGC, Jakarta.

Lismidar, dkk. Proses Keperawatan, 1990, Universitas Jakarta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar