BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastritis
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan sekelompok kondisi dengan
satu hal yaitu radang selaput perut. Peradangan ini (gastritis) sering
kali adalah hasil dari infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang menyebabkan
radang perut yang paling sering ditemukan.
Di negara
berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada orang dewasa mendekati
angka 90%. Di Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test.
Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional bertambahnya
prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini
adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan batang.
Namun, banyak faktor lain seperti cedera traumatis,
penggunaan obat penghilang rasa sakit tertentu atau minum alkohol terlalu
banyak – juga dapat berkontribusi untuk terjadinya gastritis.
Gastritis dapat terjadi secara mendadak (gastritis
akut) atau bisa terjadi perlahan-lahan dari waktu ke waktu (gastritis kronis).
Dalam beberapa kasus, gastritis dapat menyebabkan bisul (ulkus) pada lambung
dan peningkatan risiko kanker perut. Bagi kebanyakan orang, gastritis tidaklah
serius dan dapat dengan cepat mereda bahkan sembuh dengan pengobatan.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan
Umum
Mahasiswa diharapkan
mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
gastritis.
2.
Tujuan
Khusus
Mahasiswa diharapkan
mampu :
· Memahami
pengertian gastritis beserta penyebabnya.
· Memahami
patofisiologis gastritis .
· Memahami penatalaksanaan medis
keperawatan pada gastritis.
· Memahami
pengkajian keadaan kesehatan pada klien dengan gastritis.
· Memahami
rencana asuhan keperawatan pada klien dengan gastritis berdasarkan pengkajian.
C. Metode Penulisan
Dalam
penyusunan makalah ini penyusun menggunakan metode studi kepustakaan.
D.
Sistematik
Penulisan
Sistematik dalam penyusunan makalah ini yaitu, Bab I (
Pendahuluan ) : latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan
sistematika penulisan. Bab II ( Tinjauan Teoritis ) : konsep dasar gastritis;
yang meliputi : pengertian, etiologi, patofisiologis, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnosis,
pemeriksaan penunjang, pencegahan, komplikasi, penatalaksanaan; dan konsep dasar
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan gastritis, yang meliputi :
pengkajian, diagnosa, intervensi.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
I.
Konsep Dasar Gastritis
1.
Pengertian
a.
Menurut Hirlan
dalam Suyono (2001: 127), gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa
dan submukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi
dengan bakteri atau bahan iritan lain.Secara hispatologi dapat dibuktikan
dengan adanya infiltrasi sel-sel
b.
Menurut Lindseth dalam Prince (2005: 422),
gastritis adalah suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang
dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal.
c.
Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung, yang
berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan
iritan lain. ( Charlene J, Reeves, 2001 )
Dari defenisi-defenisi di
atas, dapat disimpulkan bahwa gastritis adalah suatu peradangan atau perdarahan
pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi, dan
ketidakteraturan dalam pola makan.
Gastritis dibagi menjadi 2 :
a.
Gastritis Akut
Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiritasi mukosa lambung.
Jika mukosa lambung teriritasi ada 2 hal yang akan terjadi :
1.) Karena
terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung. Lambung akan
meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung HCO3 akan berikatan
dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan NaCO3.
Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam
lambung . Jika asam lambung
meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka akan terjadi gangguan
nutrisi cairan & elektrolit.
2.) Iritasi
mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi, jika mukus yang dihasilkan
dapat melindungi mukosa lambung dari kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis
dan akhirnya akan terjadi penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa
lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan
sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan
menyebabkan nyeri dan hypovolemik.
b.
Gastritis Kronik
Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang
berulang sehingga terjadi iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan
terjadi penyembuhan yang tidak sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar
epitel dan hilangnya sel pariental dan sel chief.
Karena sel pariental dan sel chief hilang maka
produksi HCL. Pepsin dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding
lambung juga menjadi tipis serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan
juga bisa terjadi perdarahan serta formasi ulser
2.
Etiologi
Penyebab penyakit ini antara lain :
a.
Sering mengkonsumsi obat analgetik anti inflamasi, terutama aspirin.
b.
Bahan-bahan kimia.
c.
Merokol.
d.
Alkohol secara berlebih.
e.
Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,
gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.
f.
Refluks usus ke lambung.
g.
Endotoksin
h.
Infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang hidup di dalam lapisan mukosa yang
melapisi dinding lambung dan infeksi bakteri Campylobacter Pyloroides.
3.
Patofisiologi
a.
Anatomi dan Fisiologi
1)
Lambung adalah sebuah kantong otot yang kosong, terletak dibagian kiri atas
perut tepat dibawah tulang iga.
2)
Lambung orang dewasa memiliki panjang berkisar antara 10 inci dan dapat
mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon.
3)
Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat, mirip seperti
sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang, lipatan – lipatan tersebut
secara bertahap membuka.
4)
Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara
bertahap melepaskannya kedalam usus kecil. Ketika makanan masuk kedalam
esofagus, sebuah cincin otot yang berada pada sambungan antara esofagus dan
lambung ( Esophangeal Sphincer ) akan membuka dan membiarkan
makanan masuk lewat lambung.
5)
Setelah masuk kelambung cincin ini menutup. Dinding
lambung terdiri dari lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada dilambung,
dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang sama,
kelenjar – kelenjar yang berada dimucosa pada dinding lambung mulai
mengeluarkan cairan lambung ( termasuk enzim – enzim dan asam lambung ) untuk
lebih menghancurkan makanan tersebut.
6)
Suatu komponen cairan lambung adalah Asam
Hidroklorida. Asam ini sangat korosif sehingga paku besipun dapat larut
dalam cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mucosa – mucosa bicarbonate
(sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara
reguler sehingga menyeimbangkan keasaman dalam lambung ) sehingga terhindar
dari sifat korosif hidroklorida.
7)
Fungsi dari lapisan pelindung lambung ini adalah agar
cairan asam dalam lambung tidak merusak dinding lambung. Kerusakan pada lapisan
pelindung menyebabkan cairan lambung yang sangat asam bersentuhan langsung
dengan dinding lambung dan menyebabkan peradangan atau inflamasi. Gastritis
biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan
rusak dan meradangnya dinding lambung.
b.
Patofisiologi
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 perjalanan penyakit gastritis bisa
dilihat dari skema dibawah ini :
F.imunologi,F.bakteriologik, Faktor lain
Infiltrasi sel-sel radang
Atropi progresif sel epitel kelenjar mukosa
Kehilangan sel parietal dan chief sel
Produksi asam klorida, pepsin dan faktor intrinsik menurun
Dinding lambung menipis
Kerusakan mukosa asam lambung
Nyeri ulu hati, mual, muntah, anoreksia
Pada skema diatas di jelaskan bahwa obat-obatan, alkohol, garam empedu atau
enzim-enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis erosif),
mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam
pepsin kedalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa
lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi
mukosa, karena itu gangguan-gangguan tersebut sering kali menghilang dengan
sendirinya. Dengan iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan
dapat terjadi perdarahan. Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang
bersifat korosif mengakibatkan peradangan dan nekrosis pada dinding lambung
(gastritis korosif). Nekrosis dapat mengakibatkan perforasi dinding lambung
dengan akibat berikutnya perdarahan dan perionitis.
Gastritis
kronik dapat menimbulkan keadaan atropi kelenjar-kelenjar lambung dan keadaan
mukosa terdapat bercak-bercak penebalan berwarana abu-abu atau kehijauan
(gastritis atropik). Hilangnya
mukosa lambung akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya
sekresi lambung dan timbulnya anemia
pernisiosa. Gastritis atropik
boleh jadi merupakan pendahuluan untuk karsinoma lambung. Gastritis kronik dapat
pula terjadi bersamaan dengan
ulkus peptikum atau
mungkin terjadi setelah
tindakan gastroyeyunostomi.
Gastritis kronik
dapat diklasifikasikan tipe A atau
tipe B. Tipe A
(sering disebut sebagai
gastritis autoimun) diakibatkan
dari perubahan sel parietal, yang
menimbulkan atropi dan
infiltrasi sel. Hal
ini dihubungkan dengan penyakit
otoimun, seperti anemia
pernisiosa dan terjadi
pada fundus atau korpus dari
lambung. Tipe B (kadang disebut
sebagai gastritis H. Pylori) ini
dihubungkan dengan bakteri
H. Pylori, faktor
diet seperti minum panas
atau pedas, penggunaan
obat-obatan dan alkohol,
merokok atau refluks isi usus kedalam lambung.
4.
Manifestasi Klinis
·
Gejala gastritis secara umum:
-
Hilangnya nafsu makan.
-
Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati,
mual dan muntah.
-
Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut
bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
-
Perut terasa penuh pada perut bagian atas setelah makan.
-
Kehilangan berat badan
Gejala-gejala
dapat hilang selama beberapa hari, minggu atau beberapa bulan dan bahkan dapat
hilang hanya sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat
diidentifikasi.
·
Manifestasi Gastritis Akut :
Sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah, merupakan
salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan juga perdarahan saluran cerna
berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan. Biasanya, jika dilakukan
anemnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan kimia
tertentu.
·
Manifestasi Gastritis Kronis :
Pasien dengan
gastritis tipe A secara khusus asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi
vitamin B12. Pada gastritis tipe B, pasien mengeluh anoreksia ( nafsu makan
buruk ), nyeri ulu hati satalah makan, kembung rasa asam mulut, atau mual dan
muntah.
5.
Pemeriksaan diagnosis
a.
Diagnosis Gastritis Akut
Tiga cara dalam
menegakkan diagnosis, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut di
mukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi,
dan gambaran radiologi. Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi
permukaan yang super fisial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda.
Secara umum peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan
spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.
b.
Diagnosis Gastritis Kronik
Diagnosis
gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan biopsi mukosa lambung. Perlu pula dilakukan kultur untuk
membuktikan adanya infeksi Helicobacter
pylori apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada
duodenum, mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hampir mencapai
100%. Dilakukan pula rapid ureum test (CLO). Kriteria minimal untuk menegakkan
diagnosis H.pylori jka hasil CLO dan
atau PA positif. Dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk H.pylori sebagai diagnosis awal.
6.
Pemeriksaan Penunjang
Bila
pasien didiagnosis terkena Gastritis, biasanya dilanjutkan dengan pemeriksaan
penunjang untuk mengetahui secara jelas penyebabnya.
Pemeriksaan
ini meliputi :
a.
Pemeriksaan Darah
Tes ini
digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam darah, dan untuk
memeriksa Anemia, yang terjadi akibat pendarahan lambung akibat Gastritis.
b.
Pemeriksaan Pernafasan
Tes ini
dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H. Pylori atau tidak.
c.
Pemeriksaan Feses
Tes ini
memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya
darah dalam feses. Hal ini menunjukan adanya perdarahan pada lambung.
d.
Endoskopi Saluran Cerna Bagian Atas
Dengan
test ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas
yang mungkin tidak terlihat dengan sinar-X.
e.
Ronsen Saluran Cerna Bagian Atas
Test ini
akan melihat adanya tanda-tanda Gastritis atau penyakit pencernaan lainnya.
Biasanya pasien akan diminta menelan cairan Barium terlebih dahulu sebelum
dilakukan Ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan
terlihat lebih jelas ketika dironsen.
7.
Pencegahan
Walaupun
infeksi H.Pylori tidak dapat selalu dicegah, berikut beberapa saran untuk dapat
mengurangi resiko terkena Gastritis.
a.
Makan secara benar
Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama
makanan yang pedas, asam, gorengan, atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan
pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara
memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan lakukan dengan
santai.
b.
Hindari Alkohol
Penggunaan
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis lapaisan mucosa lambung dan dapat
mengakibatkan peradangan dan perdarahan.
c.
Jangan merokok
Merokok
mengganggu kerja lapisan lambung, membuat lambung lebih rentan terhadap
Gastritis dan borok. Merokok juga meningkatkan asam lambung, sehingga menunda
penyembuhan lambung dan merupakan penyebab utama terjadinya kanker lambung.
d.
Lakukan olah raga secara teratur
Aerobik
dapat meningkatkan kecepatan pernafasan dan jantung, juga dapat menstimulasi
aktivitas otot usus sehingga membantu mengeluarkan limbah makanan dari usus
secara lebih cepat.
e.
Kendalikan stress
Stres
meningkatkan resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan sistem kekebalan
tubuh dan dapat memicu terjadinya permasalahan kulit. Stres juga dapat
meningkatkan produksi asam lambung dan memperlambat kecepatan pencernaan.
Karena stres bagi sebagian orang tidak dapat dihindari, maka kuncinya adalah
dengan mengendalikannya secara efektif dengan cara diet yang bernutrisi,
istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
f.
Ganti obat penghilang nyeri
Jika
memungkinkan ahindari penggunaan AINS, obat-obat golongan ini akan menyebabkan
terjadinya peradangan dan akan membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih
parah. Ganti dengan penghilang nyeri yang mengandung Acetaminophen.
g.
Ikuti rekomendasi dokter
8.
Komplikasi
a.
Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut, yaitu perdarahan saluran cerna
bagian atas (SCBA) berupa hemotemesis dan melena, berakhir dengan syock
hemoragik, terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi.
b.
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia pernesiosa,
penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.
9.
Penatalaksanaan
·
Penatalaksaan Medik Gastritis
a.
Gastritis Akut
Pemberian
obat-obatan H2 blocking (Antagonis reseptor H2). Inhibitor pompa proton,
ankikolinergik dan antasid (Obat-obatan ulkus lambung yang lain). Fungsi obat tersebut untuk mengatur sekresi asam
lambung.
b.
Gastritis Kronik
Pemberian
obat-obatan atau pengobatan empiris berupa antasid, antagonis H2 atau inhibitor
pompa proton.
· Penatalaksanaan
Keperawatan Gastritis
-
Memberi penjelasan pada
penderita untuk menghindari alkohol dan makanan pedas sampai gejala
berkurang/hilang.
-
Dilakukan terapi
simtomatik dengan diberikan obat yang menetralkan/mengurangi asam lambung
(antacid,antikolinergik).
-
Bila terjadi peradangan
disertai erosi mukosa lambung dapat diberikan obat antagonis golongan reseptor
H2 (cimetidin,ranitidine,atau famotidin)
-
Pembedahan darurat
mungkin dilakukan untuk mengangkat gangrene/jaringan perforasi.
-
Dapat dilakukan
gastrojejunostomi (reseksi lambung) untuk mengatasi obstruksi pylori.
-
Mengurangi stress
-
Diberikan vitamin B12
bila terjadi anemia pernisiosa
II.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Klien Gastritis
1. Pengkajian
a.
Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama,
status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa
medik.
b.
Keluhan
utama
Klien
mengatakan nyeri di daerah epigastrium disertai mual dan muntah.
c.
Riwayat Penyakit Sekarang
Klien
nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah, perdarahan saluran cerna
berupa hematemesis dan melena disertai anemia pasca perdarahan.
d.
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah
pada anggota keluarga yang lain ada yang menderita
penyakit yang sama dengan klien
e.
Pemeriksaan
Fisik
·
Status
Kesehatan Umum:
Pada
klien gastritis keadaan penyakit bisa ringan, sedang sampai berat.
·
Kepala
Pada klien grastitis tidak terjadi
kelainan pada kepala.
·
Muka
Pada klien gastritis pada
umumnya terdapat tics karena nyeri pada epigastrium
·
Mata
Pada
klien dengan Gatritis tidak terdapat icterus maupun hiperemi pada mata.
·
Abdomen
Adanya
Hepatogemali atau tidak pada gastritis terdapat mual, muntah dan nyeri
pada epigastrium disertai rasa kembung.
2.
Diagnosa Keperawatan
a. Resti
gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
b. Gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat, anorexia.
c. Gangguan
rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
d. Keterbatasan
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi.
3. Intervensi keperawatan
a.
Resti gangguan keseimbangan volume cairan dan elektrolit kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, muntah.
Tujuan : Resti gangguan keseimbangan cairan tidak terjadi.
Kriteria
Hasil: membran mukosa lembab, turgor kulit
baik, elektrolit kembali normal, pengisian kapiler berwarna merah muda, tanda
vital stabil, input dan output seimbang.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Catat
karakteristik muntah/ drainase
2.
Awasi tanda vital.
3.
Awasi masukan keluaran
dihubungkan dengan perubahan berat badan. Ukur kehilangan darah / cairan
melalui muntah, penghisapan gaster/ lavase dan depekasi.
4.
Pertahankan tirah
baring , mencegah muntah dan tegangan pada saat defekasi. Jadwalkan aktivitas
untuk memberikan periode istrahat tanpa gangguan.
5.
Tinggikan kepala
tempat tidur selama pemberian antasia.
|
1. Membantu dalam membedakan penyebab distress gaster .
Kandungan empedu kuning kehijauan menunjukkan pylorus terbuka kandungan fekal
menunjukkan obstruksi usus. Darah merah cerah atau perdarahan menandakan
adanya arterian akut.
2. perubahan
tekanan darah dan nadi dapat digunakan perkiraan kasar kehilangan darah (
misalnya TD < 90 mmHg. Dan nadi > 110 diduga 25% penurunan volume atau
kurang lebih 1000 ml).
3. memberikan
pedoman untuk penggantian cairan.
3. Aktivitas
atau muntah meningkatkan tekanan intra abdominal dan dapat mencetuskan
perdarahan lanjut.
5. Mencegah
reflex gaster pada aspirasi antasida dimana dapat menyebabkan komplikasi paru.
|
b.
Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, anorexia.
Tujuan : Gangguan nutrisi teratasi.
Kriteria
Hasil: Berat badan stabil, nilai
laboratorium Albumin normal, tidak mual dan muntah BB dalam batas normal, bising usus
normal.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
Kaji
pola makan klien.
2.
Beri
makanan yang bervariasi.
3.
Beri
makanan yang lunak,sedikit,tapi sering.
4.
Mengukur
BB setiap hari dengan timbangan yang sama.
|
1. Untuk mengetahui jumlah asupan nutrisi bagi klien.
2. Makanan bervariasi merangsang selera makan.
3. Mencegah kekosongan lambung dan memudahkan absorbsi terhadap lambung.
4. Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
|
c.
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan inflamasi mukosa lambung.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang/hilang.
Kriteria
Hasil: Nyeri hilang/terkontrol, tampak rileks dan mampu tidur/istirahat, skala
nyeri menunjukkan angka 0.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
Observasi
TTV
2.
Kaji
tingkat nyeri tiap 4 jam.
3.
Anjurkan
klien posisi semi fowler.
4.
Penatalaksaan
dalam pemberian obatulsidex 3x1
|
1. Untuk mengetahui keadaan kliendan memudahkan dalam
melakukan tindakan selanjutnya.
2. Untuk mengetahui tingkat skala nyeri sebagai pedoman untuk
tindakan.
3. Dengan posisi semi fowler, organ yang sakit tidak tertekan.
4. Untuk menekan peningkatan asam lambung.
|
d.
Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Keterbatasan aktifitas teratasi.
Kriteria
Hasil: Keadaan umum composmentis, klien tidak dibantu oleh keluarga dalam beraktifitas.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1.
Tingkatkan
tirah baring atau duduk, berikan lingkungan yg tenang dan nyaman, batasi
pengunjung, dorong penggunaan tekhnik relaksasi, kaji nyeri tekan pada
gaster,berikan obat sesuai dengan indikasi.
|
1. Klien lebih merasa aman dan nyaman dari sebelumnya saat
beraktifitas.
|
|
|
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Tujuan : Pengetahuan klien bertambah.
Kriteria Hasil: Klien dapat
menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan, pencegahan dan
pengobatan.
Intervensi
|
Rasionalisasi
|
1. Kaji tingkat pengetahuan klien, beri pendidikan
kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit, beri kesempatan klien atau keluarga
untuk bertanya, beritahu tentang pentingnya obat-obatan untuk kesembuhan
klien.
|
1. Agar klien dan keluarga dapat mengerti dan
memahami dari penyakit yang diderita serta dapat melakuakn tindakan mandiri
bila penyakit tersebut kambuh lagi.
|
4.
Evaluasi
Evaluasi pada klien dengan Gastrtitis, yaitu :
a. Keseimbangan
cairan dan elektrolit teratasi
b. Kebutuhan nutrisi teratasi
c. Gangguan
rasa nyeri berkurang
d. Klien
dapat melakukan aktifitas
e. Pengetahuan
klien bertambah.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Gastritis
adalah suatu proses inflamasi pada lapisan mukosa dan submukosa lambung dan
secara hispatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang
pada daerah tersebut.
Gastritis
bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang
kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan
tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri
yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori.
Tetapi faktor-faktor lain seperti trauma fisik dan pemakaian secara terus
menerus beberapa obat penghilang sakit dapat juga menyebabkan gastritis.
B.
Saran
·
Tenaga Keperawatan
Diharapkan mampu
memahami tentang penatalaksanaan pada pasien dengan gastritis.
·
Mahasiswa
Diharapkan
mampu menambah wawasan dan pengetahuan bagi semua mahasiswa tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan gastritis.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Doengoes
M.E. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC. Jakarta.
2.
Smeltzer,
Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
3.
Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica
Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.
4.
Wilkinson,
Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC, 2007
5.
http://nursingbegin.com/askep-gastritis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar