Kamis, 29 November 2012
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
1. DEFINISI
Nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam velvis renal (ujung ureter yang berpangkal di ginjal).
Urolitiasis
Urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.
2. ETIOLOGI
Nefrolitiasis
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik.Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain :
A. Faktor Intrinsik :
a) Herediter (keturunan)
b) Umur :sering dijumpai pada usia 30-50 tahun.
c) Jenis Kelamin :lebih sering pada laki-laki dibandingkan perempuan.
B. Faktor Ekstrinsik :
a) Geografis : pada beberapa daerah menunjukan angka kejadian batu saluran kemihyang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt(sabuk batu), sedangkan daerah batu di Afrika Selatan hampir tidak dijumpaipenyakit batu saluran kemih.
b) Iklim dan temperatur
c) Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d) Diet : Diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya penyakit
batu saluran kemih.
e) Pekerjaan : Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life.
Urolitiasis
a. Faktor Endogen: Faktor genetik, familial, pada hiperkalsiuria dan hiperoksalouria.
b. Faktor Eksogen: Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan mineral dalam air minum.
c) Faktor lain:
a) Infeksi : Infeksi Saluran Kencing (ISK) dapat menyebabkan nekrosis jaringan ginjal dan akan menjadi inti pembentukan Batu Saluran Kencing (BSK) Infeksi bakteri akan memecah ureum dan membentuk amonium yang akan mengubah pH Urine menjadi alkali.
b) Stasis dan Obstruksi Urine :Adanya obstruksi dan stasis urine akan mempermudah Infeksi Saluran Kencing.
c) Jenis Kelamin : Lebih banyak terjadi pada laki-laki dibanding wanita dengan perbandingan 3 : 1
d) Ras: Batu Saluran Kencing lebih banyak ditemukan di Afrika dan Asia.
e) Keturunan: Anggota keluarga Batu Saluran Kencing lebih banyak mempunyai kesempatan
f) Air Minum: Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum air akan mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan kurang minum menyebabkan kadar semua substansi dalam urine meningkat.
g) Pekerjaan: Pekerja keras yang banyak bergerak mengurangi kemungkinan terbentuknya batu dari pada pekerja yang lebih banyak duduk.
h) Suhu: Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyak mengeluarkan keringan.
i) Makanan: Masyarakat yang banyak mengkonsumsi protein hewani angka morbiditas Batu Saluran Kencing berkurang. Penduduk yang vegetarian yang kurang makan putih telur lebih sering menderita Batu Saluran Kencing (buli-buli dan Urethra).
3. TANDA DAN GEJALA
Nefrolitiasis
1. Nyeri pinggang, sisi, atau sudut kostovertebral
2. Hematuria makroskopik atau mikroskopik
3. Pielonefritis dan/atau sistitis
4. Pernah mengeluarkan baru kecil ketika kencing
5. Nyeri tekan kostovertebral
6. Batu tampak pada pemeriksaan pencitraan
7. Gangguan faal ginjal.
Neurolitiasis
1. nyeri ringan sampai berat karena distensi dari kapsul ginjal dan velvis renalis, dapat bermanispestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran kemih dan infeksi. Keluhan yang disampaikan oleh apsien tergantung pada posisi atau letak batu, besar batu,dan penyulit yang telah terjadi.
2. nyeri pada pinggang. Nyeri ini mungkin bisa merupakan nyeri kholik maupun bukan kholik. Nyeri kholik terjadi karena aktifitas peristaltik otot polos sistem kalises ataupun ureter meningkat dalam usaha untuk mengelurakan batu dari saluran kemih. Peningkatan peristaltik itu menyebabkan tekanan intraluminalnya meningkat sehingga terjadi peregangan dari terminal saraf yang menyebabakan sensasi nyeri.Nyeri ini disebabakan oleh karena adanya batu yang menyumbat saluran kemih, biasanya pada pertemuan pelvis ren dengan ureter( ureteropelvic junction ), dan ureter. Nyeri bersifat tajam dan episodik didaerah pinggang( flank ) yang sering menjalar atau lipat paha, bahkan pada batu ureter distal sering kekemaluan. Mual dan muntuah sering menyertai keadaan ini. Nyeri non kholik terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi hidronefrosis atau infeksi pada ginjal.
3. Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah kosto-vetebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi didapatkan demam menggigil.
4. Kholik renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul, biasanya didaerah antara tulang rususk dan tulang pinbggang, yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah dalam. Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut menggelembung, demam, menggil dan darah didalam air kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih , terutama batu melewati ureter.
5. Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkat didalam air lemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga terjadilah infeksi.Jika penyumbatan ini berlangsung lama,air kemih akan mengalir balik ke saluran didalam ginjal, menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal(hidronefrosis)vdan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.
4.MANIFESTASI KLINIS.
Urolitiasis
Obstruksi
Peningkatan tekanan hidrostatik
Distensi piala ginjal
Disuria
Infeksi
Nyeri
Adanya batu pada traktus urinarius tergantung pada adanya obstruksi dan infeksi.
Ketika batu menghambat aliran urine maka menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi pada ginjal serta ureter.
Infeksi yang disertai demam, menggigil, disuria terjadi karena iritasi yang terus-menerus.
Bila nyeri mendadak menjadi akut disertai nyeri tekan diseluruh area kosto vertebral dan muncul mual dah muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal.
Diare dan ketidaknyamanan abdominal terjadi karena reflek renointestinal ginjal kelambung dan usus besar.
Batu yang terjebak di kandung kemih menyebabkan gejala iritasi. Jika batu menyebabkan obstruksi akan menyebabkan terjadinya retensio urine.
Nefrolitiasis
1. Hematuria
2. Piuria
3. Polakisuria/fregnancy
4. Urgency
5. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah pinggang.
6. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan
7. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke arah penis atau vulva.
8. Anorexia, muntah dan perut kembung
9. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu leukosit meningkat.
5. PATOFISIOLOGI
Urolitiasis
Urolitiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) di traktus urinarius. Batu terbentuk ketika konsentrasi supstansi seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika difisiensi supstrats tertentu. Seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urine, serta status cairan pasien.
Infeksi, stasis urine, serta drainase renal yang lambat dan perubahan metabolic kalsium, hiperparatiroid, malignansi, penyakit granulo matosa (sarkoldosis, tuberculosis), masukan vitamin D berlebih merupakan penyebab dari hiperkalsemia dan mendasari pembentukan batu kalsium
Kelainan dengan adanya batu ginjal mungkin adanya gejala-gejala seperti perasaan nyeri pada epigastrium dan kelihatan ada benjolan yang menonjol dalam perut, pada benjolan yang ada dalam tersebut karena adanya batu ginjal atau benda asing di area di mana kalkulus dapat menyumbat sistem urinarius, manifestasi klinis yang muncul bergantung pada area obstruksinya, batu yang terpecah dapat menyumbat aliran urin menyebabkan nyeri hebat dan melukai ginjal.
Batu ginjal mungkin menyebabkan :
- Nyeri dengan adanya inflamasi, obstruksi dan abrasi traktus urinarius.
- Adanya terjadi kekambuhan pada batu renal.
Nefrolitiasis
Batu terbentuk di traktus urinarius ketika konsertrasi substansi tertentu seperti Ca oksalat,kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi substansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal pencegah kristalisasi dalam urin. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup PH urine dan status cairan pasien.
Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi, menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik dan distensi piala ginjal serta ureter proksimal. Infeksi (peilonefritis & cystitis yang disertai menggigil, demam dan disuria) dapat terjadi dari iritasi batu yang terus menerus. Beberapa batu, jika ada, menyebabkan sedikit gejala namun secara fungsional perlahan-lahan merusak unit fungsional ginjal dan nyeri luar biasa dan tak nyaman
Batu yang terjebak di ureter, menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa. Pasien sering merasa ingin berkemih, namun hanya sedikit yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasif batu. Umumnya batu diameter < 0,5-1 cm keluar spontan. Bila nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan di seluruh area kostovertebral dan muncul mual dan muntah, maka pasien sedang mengalami kolik renal. Diare dan ketidaknyamanan abdominal dapat terjadi.
6. Komplikasi
Urolitiasis: - Obstruksi Ginjal
- Perdarahan
- Infeksi
- Hidronefrosis
nefrolitiasis
Batu yang terlelak pada piala ginjal atau ureter dapat memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian atau total.
Hal tersebut diatas dipengaruhi oleh : 1. Sempurnanya obstruksi
2. Lamanya obstruksi
3. Lokasi obstruksi
4. Ada tidaknya infeksi
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan terjadinya infeksi pada obstruksi antara lain :
1. Statis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri sehingga mendorong pertumbuhan organisme maupun pembentukan kristal khususnya magnesium amonium fosfat atau struvita
2. Meningkatkan tekanan intra luminal menyebabkan pertumbuhan mukosa saluran kemih berkurangnya, sehingga menurunkan daya tahan tubuh.
3. Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya tahan tubuh.
7.PENATALAKSANAAN MEDIS
Urolitiasis : a. Menghilangkan Obstruksi
b. Mengobati Infeksi
c. Menghilangkan rasa nyeri
d. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi.
Nefrolitiasis
1. Terapi medis
Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau melarutkan batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G .
2. Terapi mekanik (Litotripsi)
Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde kebatu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi. Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dilakukan adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) adalah tindakan memecahkan batu ginjal dari luar tubuh dengan menggunakan gelombang kejut.
3. Tindakan bedah
Tindakan bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat gelombang kejut) Pengangkatan batu ginjal secara bedah merupakan mode utama. Namun demikian saat ini bedah dilakukan hanya pada 1-2% pasien. Intervensi bedah diindikasikan jika batu tersebut tidak berespon terhadap bentuk penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setiap abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki drainase urin.
Jenis pembedahan yang dilakukan antara lain:
- Pielolititomi: jika batu berada di piala ginjal
- Nefrotomi: bila batu terletak di dalam ginjal atau nefrektomi
- Ureterolitotomi: bila batu berada dalam ureter
- Sistolitotomi: jika batu berada di kandung kemih.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1.1 Dasar data pengkajian pasien
Urolitiasis
a. biodata identitas klien dan penanggung jawab:
1.Identitas klien: Dikaji nama pasien,jenis klamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan lain-lain.
2.Identitas penangung jawab: Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
b. Aktivitas/istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi. Keterbatasan aktivitas/mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya.
c. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal ginjal). Kulit hangat dan kemerahan ; pucat.
d. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya/ISK kronis ; obstruksi sebelumnya (batu kecil/kalkulus). Penurunan eliminasi urine, kandung kemih penuh,Rasa terbakar, dorongan berkemih,Diare,
Tanda : oliguria, hematuria, piuria. Perubahan pola berkemih.
e. Makanan/cairan
Gejala : mual/muntah, nyeri tekan abdomen. Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan /atau fosfat. Ketidak cukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukup.
Tanda : distensi abdominal,penurunan/tak adanya bising usus,Muntah.
f. Nyeri/kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung pada lokasi batu. Contoh pada panggul di region sudut kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun kelipat paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada pelvis atau kalkulus ginjal.
Nyeri dapat digambarkan sebagai akut, hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda : melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada palpasi.
g. Keamanan : Gejala : penggunaan alcohol, demam, menggigil.
h. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
Nefrolitiasis
a.Anamnesis
Meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit masa lalu,riwayat penyakit
Keluarga
b. Aktifitas/Istirahat.
c. Riwayat : pekerjaan,dehidrasi,infeksi,imobilisasi
d. Eliminasi
e. Mual dan muntah
f. Makan dan Minum
g. Nyeri / rasa tidak nyaman
h. Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri,skala nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Apakah nyeri sampai menimbulkan kokik atau tidak.
i. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
j.Respon emosi : cemas
k. Pengetahuan tentang penyakitnya
1.2.pemeriksaan fisik
Urolitiasis
a. Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan konstan. Batu ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang timbul yang berkurang setelah batu lewat.
b. Mual dan muntah serta kemungkinan diare
c. Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine keruh dan bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan berkemih dengan nyeri dan penurunan haluaran urine bila masukan cairan tak adekuat atau bila terdapat obstruksi saluran perkemihan dan hematuri bila terdapat kerusakan jaringan ginjal
Nefrolitiasis
1. Keadaan Umum: - Klien biasanya lemah.
- Kesadaran komposmetis.
- Adanya rasa nyeri.
2. Kulit : - Teraba panas.
-Turgor kulit menurun.
- Penampilan pucat.
3. Pernafasan: Pergerakan nafas simetris.
4. Cardio Vaskuler: -Takicardi.
- Irama jantung reguler.
5. Gastro Intestinal: Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
6. Sistem Integumen: Tampak pucat.
7. Geneto Urinalis: - Dalam BAK produksi urin tidak normal.
- Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
1.3.pemeriksaan penunjang
a. Urinalisa : - warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
-pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat),
Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.
e. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.
g. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.
2. diagnosa keperawatan
Urolitiasis
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia seluler.
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang mengingat/salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah.
Nefrolitiasis
a.tidak ada gejala atau tanda
b.nyeri pinggang sisi costovetebra
c.hematuria makroskopik/mikroskopik
d.pielonefritis dan atau sistitis
e.pernah mengeluarkan batu kecil saat miksi
f.nyeri tekan pada kostovertebral
g.tampak batu pada pemeriksaan radiologi
h.gangguan faal ginjal
3. Perencanaan keperawatan
urolitiasis
a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan kontraksi ureteral, trauma jaringan, pembentukan edema, ischemia seluler.
Tujuan : nyeri hilang, keseimbangan cairan dipertahankan. Kriteria hasil : nyeri hilang, tampak rileks, mampu istirahat dengan tepat.
Intervensi/rasional
Catat lokasi, lamanya intensitas dan penyebaran.Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya melaporkan ke staf terhadap perubahan kejadian/karakteristik nyeri.Rasional : memberikan kesempatan untuk pemberian analgesic sesuai waktu dan mewaspadakan staf akan kemungkinan lewatnya batu/terjadi komplikasi.
Mandiri
Berikan tindakan nyaman, contoh pijatan punggung, lingkungan istirahat.Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot, dan meningktkan koping. Bantu atau dorong penggunaan napas berfokus, bimbingan imajinasi, dan aktivitas terapetik.Rasional : mengarahkan kembali perhatian dan membantu dalam relaksasi otot.
Kolaborasi
Berikan obat sesuai indikasi : narkotik, contoh meperidin (Demerol), morfin. Rasional : biasanya diberikan selama akut untuk menurunkan kolik uretral dan meningkatkan relaksasi otot/mental. Berika kompres hangat pada punggung.Rasional : menghilangkan tegangan otot dan dapat menurunan reflex spasme.
b. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik, inflamasi. Tujuan : mampu berkemih dengan normal. Kriteria hasil : tidak mengalami tanda obstruksi.
Intervensi/rasional
Mandiri
Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine.Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan perdarahan. Tentukan pola berkemih norml pasien dan perhatikan variasi.Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Dorong meningkatkan pemasukan cairan.Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dan dapat membantu lewatnya batu.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit, BUN, kretainin.Rasional : peniggian BUN, kreatinin dan elektrolit mengindikasikan disfungsi ginjal. Ambil urine untuk culture dan sensifitas.Rasional : menetukan adanya ISK, yang penyebab komplikasi.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual/muntah. Tujuan : mempertahankan keseimbangan cairan adekuat. Kriteria hasil : membrane mukosa lembab, turgor kulit baik, berat badan normal.
Intervensi/rasional :
Mandiri
Awasi pemasukan dan pengeluaran.Rasional : membandingkan keluaran actual dan yang diantisipasi membantu dalam ealuasi adanya/derajat stasis/kerusakan ginjal. Catat insiden muntah, diare, perhatikan karakteristik muntah dan diare.Rasional : mual/muntah dan diare secra umum berhubungan dengan kolik ginjal. Tindakan pemasukan cairan sampai 3-4 L/hari dalam toleransi jantung.Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan untuk homeostasis juga tindakan “mencuci”yang dapat membilas batu keluar. Awasi tanda vital.Rasional : indicator hidrasi/volume sirkulasi dan kebutuhan intervensi.
d. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan belajar berhubungan dengan kurang terpajan/ kurang mengingat/salah intepretasi/informasi. Tidak mengenal masalah/sumber masalah.Tujuan : menyatakan pemahaman proses penyakit, menghubungkan gejala dengan factor penyebab. Kriteria hasil : melakukan perubahan perilku yang perlu dan berpartisipasi dalam program pengobatan.
Intervensi/Rasional
Mandiri
Kaji ulang proses penyakit dan harapan di masa dating. Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. Tekankan pentingnya peningkatan cairan, rasional : pembilasan system ginjal menurunkan kesempatan statis ginjal dan pembentukan batu. Diet rendah purin, contoh membatasi daging berlemak, kalkun, tumbuhan polog, gandum, alkohol.Rasional : menurunkan pemasukan oral terhadap prekusor asam urat. Diet rendah kalsium, contoh membatasi susu, keju, sayur berdaun hijau, yogurt. Rasional : menurunkan risiko pembentukan batu kalsium. Diet rendah oksalat.Rasional : menurnukan pembentukan batu kalsium. Diet rendah kalsium.Rasional : mencegah kalkulus fosfat dengsn membentuk presipitasi yang tak larut dalam traktus GI.
Nefrolitiasis
1. DX :Nnyeri akut b.d inflamasi terhadap iritasi batu dan spasme otot polos
Tujuan : Nyeri hilang atau terkontrol
Intervensi :
- Kaji setatus nyeri klien ( P,Q,R,S,T)
- Ajarkan teknik relaksasi ( imajinasi, distraksi,) untuk mengurangi nyeri
- Observasi reaksi verbal dan non verbal klien dari ketidaknyamanan
- Evaluasi pengalaman nyeri klien
- Tingkatkan istirahat
- Gunakan teknik komunikasi terapiutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
- Bantu klien mengatur posisi untuk mengurangi keluhan
- Kolaborasi medik pemberian analgetik
2. DX : Resiko mengalami defisit cairan b.d neusea, muntah
Tujuan : Tidak terdapat tanda- tanda dehidrasi
Intervensi :
- Amati dan catat kelainan spt muntah
- Beri diet sesuai program
- Beri intake cairan 3000 ml – 4000 ml / hari.
- Jelaskan pentingnya intake cairan 3000 – 4000 ml/hr.
- Observasi tanda- tanda dehidrasi
-Observasi intake dan out put cairan klien
- Kolaborasi pemberian cairan intra vena
3. DX : Cemas b.d perubahan dalam status kesehatan, krisis situasional
Tujuan : Klien tidak lagi cemas
Intervensi : - Beri penjelasan tentang proses penyakitnya
- Jelaskan seluru prosedur tindakan kepada klien dan perasaan yang timbul
- Berikan informsi mengenai diagnosa,prognosis,dan tindakan
- Gunakan pendekatan dan sentuhan untuk mengurangi kecemasan pasien
- Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
- Berikan pilihan yang realistis mengenai aspek perawatan saat ini
4. DX : Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
Tujuan : Infeksi terkontrol
Intervensi :
- Observasi area post op dari tanda- tanda infeksi seperti kemerahan,nyeri, panas,bengkak,adanya fungsiolesa
- Monitor TTV
- Catat hasil laboratorium( leukosit, protein,albumin)
- Gunakan tehnik sterilisasi saat perawatan luka
- Dorong paasien untuk banyak istirahat
-Ajarkan klien dan keluarga tantang tanda- tanda infeksi
-Kolaborasi medik pemberian antibiotik
4. Penatalaksanaan Keperawatan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
pengurangan nyeri
morfin dan meperiden diberikan untuk mencegah syok dan sinkop akibat nyeri yang luar biasa. mandi air panas atau air hangat di area panggul dapat bermanfaat. cairan diberikan kecuali pasien mengalami muntah atau menderita gagal jantung kongestif atau kondisi lain yang memerlukan pembatasan cairan.ini meningkatkan tekanan hidrostatik pada ruang di belakang batu sehingga mendorong pasase batu tersebut ke bawah.
Pengangkatan batu
Pemeriksaan sistoskopik dan pasase kateter ureteral kecil untuk menghilangkan batu yang menyebabkan obstruksi, itu akan segera mengurangi tekanan belakang pada ginjal dan mengurangi nyeri. Ketika batu telah ditemukan, analisis kimiawi dilakukan untuk menentukan komposisinya. Analisis batu dapat membuktikan indikasi yang jelas mengenai penyakit yang mendasari.
Terapi nutrisi dan medikasi
Terapi nutrisi berperan penting dalam mencegah batu renal. Masukan cairan yang adekuat dan menghindari makanan tertentu dalam diet yang merupakan bahan utama pembentuk batu (mis : kalsium) efektif untuk mencegah pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada.
Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukan sesuatu alat ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsi elektrohidraulik, atau ultrasound kemudian di angkat.
5. Evaluasi
Dari intervensi yang dilakukan beberapa hasil yang kitaharapkan adalah sebagai berikut :
1)Nyeri hilang/terkontrol
2)Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan
3)Mencegah Komplikasi
4)Proses penyekit/prognosis dan program terapi dipahami.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Nefrolitiasi dan urolitiasis tidak memiliki perbedaan yang menonjol,hanya letak batu/kalkulusnya saja yang berbeda.Nefrolitiasis adanya batu atau kalkulus dalam velvis renal (ujung ureter yang berpangkal di ginjal), sedangkan urolitiasis adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius.
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat.
2. Saran
Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi yang membacanya,dan bila ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini, kami mohon maaf.
Daftar Pustaka
1. Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal : 686-694
2. Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC, Jakarta.
3. www-bascommetro-com.blogspot.com/2011/10/nefrolitiasis.html.askep neurolitiasis dan nefrolitiasis.11 sepetember 2012.
4. http://ismailskep.wordpress.com/2008/11/17/asuhan-keperawatan-klien-nefrolitiasis/
5. http://www.scribd.com/doc/53015333/Nefrolitiasis-ureterolitiasis
6. Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
7. Sandra M. Nettina (2002), Pedoman Praktek Keperawatan, Buku Kedoketan EGC, Jakarta.
BAB II
PIELONEFRITIS
2.1 Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Penyakit
Pielonefritis
merupakan infeksi bakterial dari pelvis renalis, tubulus ginjal, dan jaringan
interstisial dari salah satu ginajl atau keduanya. Bakteri sampai ke kandung
kemih melalui uretra dan terus naik ke ginjal. Seringakali kondisi ini
merupakan sekunder akibat aliran balik urine (refluks) kedalam ureter, biasanya
pada saat berkemih. Obstruksi saluran perkemihan dan penyebab lainnya
2.
Etiologi
a.
Bakteri mencapai
kandung kemih melalui uretra dan naik ke ginjal
b.
Pielonefritis sering
terjadi akibat dari refluks ureterovesikal dimana katup ureterovesikal yang
tidak kompeten menyebabkan urine mengalir balik (refluks) kedalam ureter.
Penyebab lain:
a. Obstruksi traktus urinarius (meningkat kerentanan ginjal
terhadap infeksi)
b. Tumor kandung kemih
c. Struktur uretra
d. Batu urinarius
3. Manifestasi
Klinik
Gejala yang paling umum dapat berupa demam tiba-tiba,
kemudian dapat disertai menggigil, nyeri punggung bagian bawah, mual dan
muntah.
4. Patofisiologi
Pielonefritis
dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a.
Pielonefritis
akut.
b.
Pielonefritis
kronik.
a. Pielonefritis akut
Pielonefritis
akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang karena tetapi tidak
sempurna atau infeksi baru.20 % dari infeksi yang berulang terjadi setelah dua
minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah
ke arah ginjal, hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran
urinarius atau dikaitkan dengan selimut abses dapat di jumpai pada kapsul
ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus
terjadi.
b. Pielonefritis
kronik
Pielonefritis
kronik juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain
seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pielonefritis kronik dapat
merusak jaringan ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulang kali dan
timbulnya parut dan dapat menyebabkan terjadinya renal faiure (gagal
ginjal) yang kronik. Ginjal pun membentuk jaringan parut progresif,
berkontraksi dan tidak berfungsi. Proses perkembangan kegagalan ginjal kronis
dari infeksi ginjal yang berulang-ulang berlangsung beberapa tahun atau setelah
infeksi yang gawat. Pembagian Pielonefritis akut sering di temukan pada wanita
hamil, biasanya diawali dengan hidro ureter dan Pielonefrosis akibat obstruksi
ureter karena uterus yang membesar.
Penyebab
(Bakteri)
5.Penatalaksanaan
a. Terapi antimikroba spesifik organisme:
· Biasanya dimulai segera untuk mencakup prevalen
patogen gram negatif, kemudian disesuaikan berdasarkan hasil kultur urine.
· Pengobatan dilakukan 2 minggu atau lebih.
b. Pengobatan pasien rawat inap dengan terapi antimikroba
parenteral jika pasien tidak dapat mentoleransi asupan oral dan mengalami
dehidrasi atau penyakit akut.
c. Drainase perkutan atau terapi antibiotik yang lama
diperlukan untuk mengobati abses renal atau abses perinefrik.
6.
pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan
IVP
b. Pielogram
intravena (IVP) mengidentifikasi perubahan atau abnormalitas struktur
c. Cystoscopy
d. cultur
urin
e. biopsi
ginjal.
2.2
Konsep
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Anak wanita dan wanita dewasa mempunyai
insidens infeksi saluran kemih yang
lebih
tinggi dibandingkan dengan pria.
b. Riwayat
penyakit
· Keluhan
utama : Nyeri punggung bawah dan disuria
· Riwayat
penyakit sekarang : Masuknya bakteri kekandung kemih sehingga
menyebabnkan
infeksi
c. Riwayat
penyakit dahulu : Mungkin px pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya
d.
Riwayat penyakit keluarga : ISK bukanlah penyakit keturunan
e. Pola
fungsi kesehatan
· Pola
persepsi dan pemeliharaan kesehatan : Kurangnya pengetahuan kx tetnang
Pencegahan
· Pola
instirahat dan tidur : Istirahat dan tidur kx mengalami gangguan karena
gelisah
dan nyeri.
· Pola
eminasi : Kx cenderung mengalami disuria dan sering kencing
· Pola
aktivitas : Akativitas kx mengalami gangguan karena rasa nyeri yang kadang datang
f. Pemeriksaan
fisik
·
Tanda-tanda vital
TD :
normal / meningkat
Nadi :
normal / meningkat
Respirasi
: normal / meningkat
Temperotur
: meningkat
·
Data fokus
Inpeksi
: Rrekuensi miksi b (+), lemah dan lesu, urin keruh
Palpasi
: Suhu tubuh me
Perkusi
: Resona
Auskultasi
.
2. Diagnosa Keperawatan Yang
Timbul
a.
Diare
faktor yang berhubungan :stimulasi terhadap refleks ginjal atau usus
b.
kekurangan
volume cairan yang berhubungan :demam, muntah.
c.
Inkotinensia
urine, urgensi faktor yang berhubungan :iritasi kandung kemih, disuria, piuria,
dan frekuensi.
d.
Nyeri
faktor yang berhubungan :inflamasi kandung kemih atau jaringan ginjal, sakit
kepala, nyeri otot, nyeri abdomen, ditensi, trauma dan spasme otot halus, dan
edema dijaringan ginjal.
e.
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi,
prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan kurangnya sumber informasi.
3.
Intervensi
Keperawatan
a. Diagnosa
1
Nyeri
dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung
kemih dan struktur traktus urinarius lain.
b.
Kriteria evaluasi:
Tidak
nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
c. Intervensi:
· Pantau
haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih,
masukan dan haluaran setiap 8
jam dan pantau hasil urinalisis ulangRasional:
untuk mengidentifikasi
indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan
· Catat
lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.Rasional:
membantu mengevaluasi tempat
obstruksi dan penyebab nyeri
· Berikan
tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan
istirahat;Rasional:
meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
· Bantu
atau dorong penggunaan nafas berfokusRelaksasi: membantu
mengarahkan kembali perhatian
dan untuk relaksasi otot.
· Berikan
perawatan perineal Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
· Jika
dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali per hari. Rasional:
Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke
saluran perkemihan.
· Kolaborasi:
Konsul dokter bila:- sebelumnya kuning gading-urine kuning,
jingga gelap, berkabut atau
keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan
ingin kencing, menetes setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah
sakitRasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan
lanjut dan perlu pemeriksaan luas Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan
evaluasi- keberhasilannyaRasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga
mengurangi nyeri
· Berikan
antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar .
Pemberian air sampai 2400
ml/hariRasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan
membentu membilas saluran berkemih.
a.
Diagnosa 2
Perubahan pola eliminasi
berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung
kemih ataupun struktur
traktus urinarius lain.
b.
Kriteria Evaluasi:
Pola eliminasi membaik, tidak
terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi,
oliguri, disuria)
c. Intervensi:
· Awasi
pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin Rasional: memberikan informasi
tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
· Tentukan
pola berkemih pasien
· Dorong
meningkatkan pemasukan cairan Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
· Kaji
keluhan kandung kemih penuhRasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan
distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)
· Observasi
perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaranRasional: akumulasi
sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada susunan
saraf pusat
· Kecuali
dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jamRasional: untuk mencegah
statis urin
· Kolaborasi:
Awasi- pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin Rasional: pengawasan
terhadap disfungsi ginjal Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin:-
tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan obat obat untuk meningkatkan aam
urin.Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari
buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.
a.
Diagnosa 3
Kurangnya pengetahuan tentang
kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya
sumber informasi.
b.
Kriteria Evaluasi:
menyatakna mengerti tentang
kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana
pengobatan, dan tindakan
perawatan diri preventif.
c. Intervensi:
· Kaji
ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanng
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pilihan beradasarkan informasi.
· Berikan
informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan
diagnostic: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan
dapat mengurangi ansietas dan m,embantu mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan
terapetik.
· Pastikan
pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan pemeriksaan Rasional:instruksi verbal dapat
dengan mudah dilupakan
· Instruksikan
pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, inum sebanyak kurang lebih
delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.Rasional: Pasien sering
menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan menolong
membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan
keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri
· Berikan
kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang
rencana pengobatan.Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan
ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.
4. Evaluasi
a. Pasien tidak merasa
nyeri waktu berkemih.
b.Mempertahankan hidrasi adekuat dengan kriteria:
tanda-tanda vital stabil, masukkan dan keluaran urine seimbang.
c. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat
ditoleransi.
d. Peningkatan pemahaman klien dan keluarga mengenai
kondisi dan pengobatan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pielonefritis adalah inflamasi atau infeksi akut pada pelvis
renalis, tubula dan jaringan interstisiel. Penyakit ini terjadi akibat infeksi
oleh bakteri enterit (paling umum adalah Escherichia Coli) yang telah menyebar
dari kandung kemih ke ureter dan ginjal akibat refluks vesikouretral. Penyebab
lain pielonefritis mencakup obstruksi urine atau infeksi, trauma, infeksi yang
berasal dari darah, penyakit ginjal lainnya, kehamilan, atau gangguan metabolik
(Sandra M. Nettina, 2001).
Penyebab
pielonefritis yang paling sering adalah Escherichia Coli. Tanda dan gejalanya
adalah demam timbul mendadak, menggigil, malaise, nyeri tekan daerah
kostovertebral, leukositosis, dan bakteriuria (Sylvia A. Price dan M. Willson,
2005).
3.2
Saran
a. Untuk perawat diharapkan dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan pada klien dengan pielonefritis.
b.
Untuk klien dan
keluarga diharapkan dapat melakukan pengobatan secara
optimal untuk kesembuhan penyakitnya.
c.
Untuk mahasiswa
diharapkan lebih memahami tentang pielonefritis agar
dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan pielonefritis secara
optimal.
Langganan:
Postingan (Atom)